Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, menegaskan bahwa negara memiliki komitmen untuk memperkuat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut Presiden, berkat adanya Pancasila masyarakat bisa hidup rukun tenteram dan damai dengan menjaga toleransi. Oleh karena itu, Pancasila bukan lagi pedoman hidup bangsa Indonesia namun juga bisa menjadi rujukan bagi bangsa lain. “Pancasila bukan hanya kebanggan kita semua tapi juga buat negara lain dalam menilai dan melihat kita yang selalu hidup rukun. Kita harapkan Pancasila bisa menjadi rujukan dunia di tengah kemajemukan dunia,” kata Jokowi saat menjadi pembicara kunci Kongres Pancasila ke-9 di halaman Balairung Universitas Gadjah Mada, Sabtu (22/7).
Keberhasilan bangsa Indonesia menjaga kerukunan serta persatuan dan kesatuan di tengah kemajemukan suku dan bahasa, menurut Jokowi, sangat diapresiasi oleh bangsa lain. Apalagi dari negara yang tengah berjuang menengahi konflik antar kelompok masyarakat. “Kita harus belajar dari pengalaman buruk negara lain yang dihantui perang sosial dan perang negara,” tegasnya.
Di setiap kesempatan bertemu dengan berbagai kepala negara, Jokowi mengatakan bahwa para negara tersebut menanyakan cara bangsa Indonesia dalam mengelola kemajemukan yang beragam dengan lebih dari 17 ribu pulau, 714 suku dan 1.100 bahasa daerah tersebut. “Mereka penasaran tentang Indonesia, bagaiman kita yang sangat majemuk dan bineka itu bisa bersatu, bisa rukun, dan bisa damai, dan jawaban saya sederhana karena Indonesia memiliki Pancasila,” kata Jokowi disambut tepuk tangan hadirin.
Jokowi menceritakan pengalamannya bertemu dengan Presiden Afganistan, Mohammad Ashraf Ghani, yang mengakui negaranya dengan 44 faksi samapi saat ini masih mengalami konflik. Presiden Afganistan tersebut mengharapkan bantuan dari pemerintah Indonesia untuk menjembatani dan memediasi konflik antar kelompok di masyarakat dengan mengirim menteri dan ulama untuk menceritakan pengalaman Indonesia serta mengundang faksi faksi tersebut datang ke Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Jokowi sempat menyinggunng pentingnya peran para rektor, dosen dan para guru untuk mengajarkan generasi muda dengan pendidikan nilai-nilai Pancasila. “Pengaruh arus informasi dan komunikasi di dalam gawai atau smartphone bisa menggerus nilai-nilau karakter anak-anak kita. Oeh sebab itu, kita perlu membekali anak kita dengan Pancasila untuk memperkuat karakter bangsa,” ujarnya.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., mengatakan pelaksanaan penyelenggaraan Kongres Pancasila merupakan yang ke-9, namun sejak penyelenggaran kongres pertama tahun 2009 maka untuk pertama kalinya Kongres Pancasila kali ini dibuka dan dihadiri Presiden, “Kehadiran Bapak Presiden memberikan kobar semangat api Pancasila di jiwa kita semua,” katanya.
Rektor berharap agar Presiden terus berkomitmen untuk mendorong dan menumbuhkan semangat Pancasila di segenap lapisan masyarakat agar nilai-nilai Pancasila bisa terus tumbuh dalam memperkokoh semangat persatuan dan kesatuan bangsa. “Di bawah kepemimpinan Pak Jokowi, saya yakin Indonesia semakin maju dan sejahtera, serta nilai-nilai Pancasila semakin kokoh menjiwai bangsa,” ujarnya.
Ketua Pengarah Kongres Pancasila, Dr. Heri Santoso, mengatakan pelaksanaan Kongres Pancasila ke-9 kali ini akan membahas tentang inventarisasi tantangan dan solusi untuk melakukan aktualisasi Pancaila sebagai jiwa bangsa. Hasil kongres ini, menurut Ketua Pusat Studi Pancasila UGM ini, menghasilkan beberapa rekomendasi yang akan disampaikan kepada pemerintah dan elemen masyarakat untuk memperkuat pendidikan Pancasila melalui perubahan kurikulum, memperbanyak kajian Pancasila di berbagai daerah dan kampus serta memperkuat ajaran nilai nilai Pancasila di kalangan anak muda dan media. (Sumber: Humas UGM/Gusti Grehenson; foto: Nando)